Fiuuhh..
menghela nafas saat sekarang..., ada guna atau pun tidak aku ga tau.., buat nenangin diri sendiri lebih tepatnya.
Udah lama banget ga ngobrol...ketemu langsung (jikalau beruntung), setelah semua kelihatan hasilnya seperti apa dan sekarang yang aku lakukan selalu membahas dulu...dulu..dan dulu. Sebenernya aku belum ketemu dengan apa penyebab semuanya, apa yang dipersalahkan, apa yang perlu aku terima. Aku bisa menyikapi itu dengan ini, hayooo...apa yang dimaksud "ini" dan apa yang dimaksud "itu" ??? Ga taukan...???? sama.
Satu hal yang berpengaruh adalah bahwa aku belum bisa merelakan semua dan itu sebabnya masih ada keinginan untuk memperbaiki. Tapi masih menunggu kesempatan dan berhitung peluang. hahaha..
Tante Diana...dimana koe...???
Telfon ga ya...telfon ga ya...telfon ga ya...
Nada telfonku masuk sudah terdengar, tapi koq ga diangkat2...
"Halo...." terdengar suara diseberang menjawab telfonku.
"Halo, Tante.. Lagi sibuk ga?"
"Ga.., kenapa? Tumben telfon tante, ga nulis diary lagi Tuan Diary Man..???"
"Hahaha..., ga, Tante. Untuk sekarang aku perlu Lisan Diary neh."
"Kenapa lagi..., crita..crita.." Tante Diana menanggapi permintaanku dengan hangat.
"Begini,. Jenggot sama kumisku mulai panjang, Tante."
"Kamu mulai syndrome lagi, yah? Maen ke rumah Tante aja."
"Tuh kan, mana bisa dalam waktu dekat? Jauh.., dah beda benua. Ini aja masih beruntung bisa telfon. Kalo masih di Jakarta seh bisa-bisa aja, lagipula aku pengen tinggal sekitar 2 bulanan, bukan cuma sekedar 1-2 hari. Kalo Tante pulang juga cuma seminggu trus cabut lagi."
"Iya, Tante tahu."
"Lah? Trus?"
"Lewat telfon aja kalo begitu."
Aku mengiyakan saran Tante Diana, dan mulai bercerita semuanya.
Setelah bercerita panjang lebar, sedikit lega dan sudah tidak terlalu berat. Aku beranjak menjerang air dan mulai menyeduh segelas kopi untuk menemaniku malam ini. Fikiranku masih saja perempuan itu, belum bisa hilang.
Aku mulai mengaktifkan ponselku, ada 2 pesan masuk. satu dari seorang sahabat yang mengajakku jalan malam ini, tapi sekarang sudah larut dan waktunya sudah lewat, maafkan aku kawan. Satu pesan lagi dari kamu, sekedar menyapa, dan aku memutuskan untuk membalas pesan dari kamu. Padahal dalam beberapa hari terakhir ini kamu menyibukkanku dengan bayang-bayang masa lalu. Aku pikir-pikir, ketika kamu melintas di otakku, selang beberapa hari kamu datang dengan pesan damaimu untuk menenangkan aku.
Seperti yang sudah terlewat, kamu akan kembali menghilang, lagi.
menghela nafas saat sekarang..., ada guna atau pun tidak aku ga tau.., buat nenangin diri sendiri lebih tepatnya.
Udah lama banget ga ngobrol...ketemu langsung (jikalau beruntung), setelah semua kelihatan hasilnya seperti apa dan sekarang yang aku lakukan selalu membahas dulu...dulu..dan dulu. Sebenernya aku belum ketemu dengan apa penyebab semuanya, apa yang dipersalahkan, apa yang perlu aku terima. Aku bisa menyikapi itu dengan ini, hayooo...apa yang dimaksud "ini" dan apa yang dimaksud "itu" ??? Ga taukan...???? sama.
Satu hal yang berpengaruh adalah bahwa aku belum bisa merelakan semua dan itu sebabnya masih ada keinginan untuk memperbaiki. Tapi masih menunggu kesempatan dan berhitung peluang. hahaha..
Tante Diana...dimana koe...???
Telfon ga ya...telfon ga ya...telfon ga ya...
Nada telfonku masuk sudah terdengar, tapi koq ga diangkat2...
"Halo...." terdengar suara diseberang menjawab telfonku.
"Halo, Tante.. Lagi sibuk ga?"
"Ga.., kenapa? Tumben telfon tante, ga nulis diary lagi Tuan Diary Man..???"
"Hahaha..., ga, Tante. Untuk sekarang aku perlu Lisan Diary neh."
"Kenapa lagi..., crita..crita.." Tante Diana menanggapi permintaanku dengan hangat.
"Begini,. Jenggot sama kumisku mulai panjang, Tante."
"Kamu mulai syndrome lagi, yah? Maen ke rumah Tante aja."
"Tuh kan, mana bisa dalam waktu dekat? Jauh.., dah beda benua. Ini aja masih beruntung bisa telfon. Kalo masih di Jakarta seh bisa-bisa aja, lagipula aku pengen tinggal sekitar 2 bulanan, bukan cuma sekedar 1-2 hari. Kalo Tante pulang juga cuma seminggu trus cabut lagi."
"Iya, Tante tahu."
"Lah? Trus?"
"Lewat telfon aja kalo begitu."
Aku mengiyakan saran Tante Diana, dan mulai bercerita semuanya.
Setelah bercerita panjang lebar, sedikit lega dan sudah tidak terlalu berat. Aku beranjak menjerang air dan mulai menyeduh segelas kopi untuk menemaniku malam ini. Fikiranku masih saja perempuan itu, belum bisa hilang.
Aku mulai mengaktifkan ponselku, ada 2 pesan masuk. satu dari seorang sahabat yang mengajakku jalan malam ini, tapi sekarang sudah larut dan waktunya sudah lewat, maafkan aku kawan. Satu pesan lagi dari kamu, sekedar menyapa, dan aku memutuskan untuk membalas pesan dari kamu. Padahal dalam beberapa hari terakhir ini kamu menyibukkanku dengan bayang-bayang masa lalu. Aku pikir-pikir, ketika kamu melintas di otakku, selang beberapa hari kamu datang dengan pesan damaimu untuk menenangkan aku.
Seperti yang sudah terlewat, kamu akan kembali menghilang, lagi.
0 komentar:
Posting Komentar