"sekilas kembali sesak"

Sabtu, 20 Februari 2010
Kerlip lampu isyaratkan suasana hatiku malam ini.
Dentuman musik kikis keluh kesahku.
Berteriak dan bergoyang semauku.
Kesadaranku semakin tak karuan, egoisme tandas dalam kebisingan.
Tertawa, tertawa, dan tertawa.
Menguras kotoran-kotoran di kepalaku.
Bersih dari nama itu, bersih dari kenangan itu, bersih dari segala kemunafikan.

BREAK !!!!
Sebentar kawan..., aku mau request lagu.
Lagu favoritku.

Yah...lagu yang itu.
haha..

Lagunya keren !!!!!!
Keren abiz !!!!

l aucvbiuyf...
oaehufyaisuyef...
osieufnosu...
fesnfusoborsiug..
psmugsuriguio...

Akhirnya kluar juga dari lobang keramaian.
Beranjak ke warung yang buka 24 jam.

Bir dingin menunggu disana...!!!

Memang sangat sulit untuk menyisakannya.

OOooppss...!!!
Ponsel bergetar di saku kiriku.
yah, benar sekali.
Masih perempuan yang sama.

Waktu yang kurang tepat, kupikir.

Tapi ya sudahlah.

halo...,bareilugyniva;b..
kenapa,..rngyoavm;ob...
iayh,...rgeiurgyufhguh...
vsbcvakucfkkuagchryvhd...
efbiuabvryagorygfhfgvs...
tut...tut...tut..
komunikasi terputus..

Kembali aku bergabung dengan obrolan yang sempat terpotong sejenak.

Sulit memang menghilangkan "ini" dalam waktu sekejap.
Tidak semudah membayangkannya.
Let it be,,

"pagi dalam kantong"

Mata terasa berat, masih ditemani secangkir kopi yang masih hangat.
Sedikit bermain dengan distorsi mengesampingkan kesepian di belakang sana.
Gimme Gimm menyibukan telingaku setelah hening beberapa saat.

Huaaaaaa.....mmmm.
Tersadar karna ternyata aku sedang tidak berada di kosku.

Bergerak perlahan mencari-cari apa yang bisa kunikmati untuk pagi ini.

Kembali menempati singgasana di depan komputer,
Mencoba untuk memberikan balasan pesan-pesan elektronik yang masuk.
Lepas dari itu aku kembali menghidupkan ponsel dan kembali berdering tanda pesan singkat masuk.
Ada 5 pesan singkat masuk, dua diantaranya pesan yang aku anggap tidak penting dan aku rasa tidak perlulah aku membalasnya.

Pesan lainnya adalah dari Tante Diana yang memberikan kabar bahwa dia hari ini ingin ke Jogja.
Tante Diana sangat dekat denganku sedari kecil, umur kami tidak beda terlalu jauh. Aku sering jalan dengannya, serasa dengan pacar sendiri. Dia sangat tahu aku, sangat ngerti aku dan aku nyaman dengannya.
Pesan selanjutnya dari sahabat lamaku, dia menanyakan kabarku.
Pesan terakhir adalah dari seorang perempuan yang tanpa sepengetahuannya telah meninggalkan luka buatku.

Aku berjalan ke warung depan berniat membeli rokok dan makanan kecil.
Dadaku kembali berdesir..,tiba-tiba saja aku menjadi canggung dan tak karuan.

"Permisi, mas.." seorang perempuan bertanya kepadaku, cantik, senyum ramahnya meninggalkan aroma bir dingin di pagi itu.
Nikmat,..
"Yah, ada yang bisa saya bantu..??" Aku menjawab dengan sedikit ragu.
Perempuan itu kembali melontarkan senyum indahnya...,manis.
"Mas tahu alamat ini?" Sambil melihatkan kepadaku alamatnya.
Yah..,alamat yang dia tuju adalah alamat kontrakan temenku dimana aku terlelap malam ini.
"Rumah yang kamu tuju ada di depan kamu." Aku memberikan jawaban sambil menunjuk ke arah rumah temanku.
"Oh, rumah ini yah?"
suaranya renyah...,sangat menyejukkan.
"Iyah." Penegasan kulontarkan.
Langsung dia menuju rumah itu dan..,tepat. Dia langsung masuk seakan-akan sudah mengenal rumah itu.
Aku bingung, perempuan ini maling bukan yah??!!
Bergegas aku menyusul perempuan itu, dan ternyata dia termenung di ruang tengah.
"Mungkin masih tidur, biar coba saya bangunkan. Tunggu sebentar."
Perempuan itu mengangguk dan kembali dia melempar senyum manisnya kepadaku.
Kembali aku ke ruang tengah, "Masih tertidur pulas,.."
Kami bercakap-cakap hal-hal yang tidak terlalu penting.
Temanku terbangun dan langsung menghampiri kami di ruang tengah, dan aku kembali ke depan komputer melanjutkan kerjaanku.

Terdengar isak tangis sedih dari perempuan itu, tapi itu tidak kuhiraukan. Masih sibuk sendiri dengan Logika Design.hahaha...
Beginilah kalau aku sedang tidak ingin diganggu.
Sesaat Ponsel akan aku matikan, bedering ada telfon masuk. Perempuan itu lagi, aku bingung. Angkat atau tidak..
Akhirnya aku mengangkat telfon darinya,
"Hai.."
"Hai.."
"Gimana kabarmu?"
"Baek, ada apa?"
"Cuma ingin menanyakan kabar kamu."
"Aku sekarang di Jogja." Aku kaget mendengarnya,
"Aku pengen ketemu, alamat kamu mana, aku jemput yah?"
Ah..,aku bingung! Gimana neh!
Kembali aku dengan gaya tenang, "Untuk apa?"
"Aku pengen ketemu sama kamu."
Rasa sakit yang lama ingin aku hilangkan kembali seperti tertabrak badak,sakit!!
Setelah ada perdebatan kecil akhirnya aku memutuskan untuk menemuinya, aku memberi tahu alamatku.
Kebetulan aku ingin keluar membeli buku pesanan kakakku, buku kreatif memasak makanan.

Diperjalanan aku hanya termenung dan selalu terbayang kenangan-kenangan menyakitkan dengannya.
"Kamu kenapa, kamu terlihat murung?" Aku terdiam.
"Aku mau minta maaf sama kamu dulu pernah membuat kamu kecewa." Aku hanya tersenyum mendengarnya.
Aku takut akan kembali luluh dengannya, terlalu banyak yang ada dalam dirinya yang membuatku kagum.
"Kamu sudah punya pacar?"
"Belum."
"Belum 5?"
Aku tersenyum mendengarnya.
"Aku kenal kamu, aku tahu kamu." Deg,jantungku serasa berhenti.
"Masih sering bingung memilih, kamu terlalu terpaku pada apa yang kamu anggap itu baek. Belum tentu juga itu baek untuk orang lain."
AH, aku ga bisa ngomong apa-apa.
"Begitu yah?" Aku menjawab sekenanya.

Dia bercerita tentang hubungannya dengan pacarnya.
Dia anggap biasa-biasa saja, tapi itu membuatku sesak.

"Masih sibuk dengan yang dulu?"
"Iyah."
"Kenapa kamu tidak menetap di Jakarta aja?"
"Malas."
"Masih seperti dulu."
"Maksud kamu?" Dia hanya tersenyum.

"speak up my mine"

Berputar dengan Indah mengelilingi Malioboro dengan menggunakan BMX 'boleh pinjem temen'.
Perjalanan yang aku rasa sangat menyenangkan, ditemani backsound Norah J.
Tenang dan nyaman.
Indra perasaku yang sensitif terganggu dan dia berontak, "Woiy !!!! Gw geli !!! Da telpon tuh !!! Buruan angkat !!!!".....dan kemudian..

"Halo.." aku mengenal suara ini.
"Yah...,selamat malam dengan siapa dimana?"
"......????" terdiam heran dan melanjutkannya.
"Kamu lagi dimana?"
Lingkungan sekitar kurang bersahabat, semua yang aku rasa dan aku lihat berubah dalam frame hitam putih. Seakan aku kembali dijaman doeloe kala. Apa yg terjadi aku pun tidak mengerti.
"Aku lagi di hatimu..." aku jawab sekenanya.
"...????" dia terdiam sekejap dan tiba-tiba dia tertawa.
"Koq tertawa..??
"Oh..tidak apa-apa."
"Ada apa?"
"Cuma ingin tahu kabar kamu."
"Kabarku selalu seperti ini."
"Kamu sendiri??"
"Aku baek."
"Bentar yah, aku mau mindahin badanku ke tempat yang lebih nyaman dulu."
"Memangnya kamu sedang dimana?"
"Aku sedang di hatimu..,sabar yah" sambil tersenyum.
"Menyebalkan !" dengan nada marah menggelitik.
Mencari-cari dimana aku harus menyandarkan tubuhku di tengah keramaian, masih terlihat dalam Frame hitam putih.

"Okey, halo.." aku kembali menyapanya.
terdiam sunyi sejenak tanpa ada balas suara.
"Iyah..,dengan RSJ dengan siapa dimana?" dia balas menyerangku.
kami berdua tertawa.

"Melaporkan ada pencurian!" aku menanggapi candanya.
"Hati siapa yang hilang?" act bingung dan bertanya-tanya.
kembali dia melanjutkan dengan nada pelan, "Hati kamu tidak hilang, aku masih menyimpannya baik-baik disini."
"...." aku ga bisa ngomong,,hening..
"Hey..., koq diam?" kembali dia menyapaku.
"Eh tidak, tidak apa-apa." gagap aku menjawapnya.
Muncul banyak pertanyaan di kepalaku. Apa dia tahu ? Kenapa dia tahu? Apa dia merasa? Kenapa dia merasa?
Hah,,,,,bodohnya aku yang memang tidak bisa mengerti keadaan.

Aku jadi teringat waktu aku cerita ini kepada temanku, dia bilang kamu yakin dengan apa yang kamu rasakan? Kebanyakan perempuan mengungkapkan apa yang dia rasa secara gamblang dan tanpa maksud apa-apa, dia takut aku cuma merasakan kepedean.

"Halo..,halo...,halo..." terdengar suara diseberang memanggilku di ponsel yang masih menempel di telingaku. Kayaknya aku mengenal suara ini.
Astaga !! Ini memang benar dia, dia sedang menghubungiku sekarang! Kenapa aku tinggal bengong yah.., bodoh!
bergegas aku menjawabnya,
"Yah, halo..maaf tadi ada orang yang sedang menanyakan alamat padaku."
"Begitu yah..??"
"Iyah, begitulah."

Panjang dan hangat percakapan sore itu, dan aku juga menyampaikan apa yang masih aku rasakan kepadanya. Aku mengikuti kata Tante Diana waktu aku ke Jakarta, dia menyuruhku untuk tetap menyampaikan perasaanku padanya meski itu sulit buatku. Jangan menyimpannya, ikuti perasaan kamu berkata apa.

Plong,, tenang.., sepertinya aku bisa tidur nyenyak malam ini tanpa ada serangan bayang-bayang yang selama ini selalu menggangguku. Aku merasa dia menerimanya, yah begitulah perasaanku sekarang. Acak dan berputar dalam otaku masih tidak percaya aku bisa menyampaikannya meski hanya lewat ponsel.

Suatu ajakan untuk menikmati malam bersamanya, namun aku belum tahu kapan aku ada waktu untuk menerima dan bisa menemaninya. Harus melewati beberapa jam terduduk dalam kereta Jogja-Jakarta, aku yakin akan menguras pikiran dan tenagaku. Menahan perasaan sayangku karena memang dia sudah memilki teman dalam hidupnya. Ah, sulit !

"bersandar di pelukmu"

Dalam keadaan sedikit melayu, perhatikan pergerakan waktu antara dulu, saat ini, dan mencoba menciptakan bayangan untuk hari esok.
Banyak terlintas sosok benda berjalan beriringan di depanku. Sekelebat hitam, putih, biru, Ungu, magenta, indigo, silih berganti.

Weikz....
Barusan ada Ferari merah melintas !!
Apa maksudnya ini??!!

Berhari-hari, ku coba untuk kucari berkaki-kali.

Nihil....

Perempatan ramai, aku berdiri di salah satu sudutnya.
Berdiri dengan tanpa ekspresi.
Sebenarnya...itu ekspresi yang saat ini aku sanggup untuk menjiwainya.
Hanya berdiri dan diam, very quite.
Hanya aku, tidak sekelilingku.

Sangat berbeda aura yang ada dengan apa yang kulihat.
Kosong pandangan ke depan.
Tanpa ada kedip mata.

Pernah melihat patung polisi yang sedang berdiri di pinggir jalan??
Ya seperti itulah...,
Yang membedakan hanya aku bisa merasakan keberadaanmu, disini, disampingku, menyapu resahku.

Hmm...,
Tunggu...,
Aku merasa tidak enak.
Dari sudut mataku aku melihat seorang polisi berjalan menghampiriku.
Gawat !!
Mau apa dia??
Anjrit !!

Tanpa basa basi bertanya padaku, "Ada apa ini mas?"
Dengan tenang aku menjawab, "Ujian masuk theater Pak. Kenapa pak?"
"Oh...,saya kira mas ini orang yang lagi stres dan mencoba menjatuhkan diri saat kendaraan melintas."
Ah brengsek, enak aja gw dikatain Orgil. Monyong !!
"Ah, itu perasaan bapak saja. Maap Pak sudah menyita perhatian bapak."
"Tidak apa-apa, mas."
hahaha...tenang...,kirain mu di apain.hihihi...

"Oh iya mas, dulu saya juga pernah punya temen yang mau masuk theater. Katanya memang sulit untuk bisa masuk."
Anjrit, ni orang malah curhat ma gw.
"Hmm, emg sulit Pak."
duh...ga tahu orang lagi bingung apah?!

Bapak polisi yang terhormat melanjutkan pertanyaan-pertanyaannya, selalu mengganggu konsentrasi dan imajinasiku.
Obrolan kita semakin lama semakin aku tak mengerti.
Sebentar-sebentar ngomong ini, balik lagi ngomongin itu.

Jiaaaaahhh....datang satu orang lagi!
"Ada apa ini?" Lantang dia bertanya.
"Tidak ada apa-apa Pak." Aku menjawab seadanya.
Polisi satunya mencoba menjelaskan apa yang sedang terjadi.
Sukurlah, dia begegas menjelaskan. Males juga suruh cerita dua kali.hoho..

Tahukah anda??
Dua orang itu justru asik ngobrol di sampingku..,kapan perginya yah??
Huss..huss...pergi sono!!!!
Berisik banget!!!

Langkah demi langkah aku pijak menuju sisi jauh dari kedua polisi itu, satu langkah.....berhenti sebentar. Satu langkah lagi.....,berhenti sebentar. Selangkah lagi....,berhenti sebentar. Mencapai jarak aman untuk melanjutkan konsentrasiku.
Huft...Lega.

Saat satu sisi mengayun terasa menyejukkan buatku.
Saat sisi lainnya menyerang sungguh itu adanya.

"kentang di atas penggorengan "

Ya...ya...ya..
Begitulah yang terjadi.

Berjalan di lorong, ramai kaki lima jajakan sayur-mayur beraneka macam.
Nemenin mama belanja, keringat bercucur deras di bawah terik dan aroma keringat dimana-mana. Jalan sempit berdesakan mencari-cari celah dimana harus memijak.
Berat, bawaanku banyak!

Hari yang menyenangkan bisa membantu mama belanja, jarang banget. Seharian, canda hangatnya yang selalu membuatku kangen dapat kulihat di depanku. Capek memang, tapi baguslah. he..

"Asin, asam, atau manis?" tiba-tiba mama bertanya padaku.
"Asam." dengan ragu aku menjawabnya.
"Iyah asam, kecium koq."
"Maksud mama?" aku mengernyit menandakan aku tidak mengerti apa maksudnya menanyakan itu.
Mama terdiam dan hanya melemparkan senyum.

"Kesebelah sana." sambil menunjuk arah kemana akan pergi.
"Iyah, bentar mah. Berat inih.."
Wuih...semakin banyak bawaanku.
"Kenapa papa ga di ajak, mah?" sedikit introgasi kulontarkan.
"Papa lagi sibuk, lagian mana mau nemenin mama panas-panas begini." mama terlihat kesal dengan pertanyaanku.
"Oh, ya sudah. Maaf, mah." act menyesal telah bertanya. Dalam hatiku tersenyum melihat mama cemberut, menandakan mama selalu perhatikan papa.hoho..

"Lagi pula mama sedang ingin sama kamu."
"Begitu yah.." aku menjawab sambil melempar senyum.
Mama sudah punya cucu tapi masih saja lucu. hahaha...

Ponselku berdering, ada telpon masuk. Aku lupa mematikan ponselku sebelum berangkat.
Aku diamkan saja, dan terus melanjutkan perjalanan menelusuri lorong. Segera setelah berhenti berdering, aku mematikan ponsel. Huft...aman. Tidak ingin merusak kebersamaan dengan mama. hehe..

Hari menjelang sore, sesampai di rumah cuci muka dan menuju ruang tengah mencoba merebahkan badan sejenak di sofa melepas lelah.
Hari yang melelahkan sekaligus menyenangkan.

Papa kemana yah, rumah sepi. Sudahlah, nanti juga datang. Palingan juga lagi di tetangga sebelah ngerumpi. hehe..
Huaamm...
Baru saja memejamkan mata, mama memanggilku. Menyuruhku mandi dan mengingatkanku nanti sore aku ada janji dengan temanku.
"Duuh..belum juga nglurusin badan." aku menggerutu pelan.
Bergegaslah aku mandi, makan, dan terduduk di depan televisi.
Waktu menunjukkan jam 3 sore, ada janji jam 4 sore.

'Tut,,tut,,tut,,!!!" bunyi klakson terdengar dari luar. Mobil jemputan sudah menunggu disana.
Aku berjalan menuju depan rumah dan menyuruhnya menunggu sebentar.
Sore ini aku belum tahu ingin dibawa kemana, kata dia hanya ingin ditemani jalan. Yah.. Okay. Berangkaaaaatttt...!!!!!!!
!!!

Sesuatu yang mengagetkan, namun aku sudah tahu sebelumnya. Hanya memastikan apa yang aku tahu, membuktikan IB yang aku rasa. Yap !! Memang dahsyat !!
Sesuatu yang langka.., sesuatu yang beda !

"berarti untuk kurindukan"

Lewat sudah beban dalam hati yang selalu mengisi kepalaku dengan bayangan-bayangan menyejukkan.
Kejadian, peristiwa, dan situasi yang melukiskan semua penyesalan atas keterlambatan.
Menunggu berjuta rasa di hatiku untuknya yang dulu diingkari waktu,
sedikit melambat pergantian waktu terjadi dalam alam fikirku.
Mungkinkah semua itu dapat berjalan mundur, antara aku, dia, dan dirinya masih berdiri sendiri diantara barisan.
Kembalikan kesempatanku untuk dapat berdiri disamping kamu.
Mungkinkah ada cinta yang dulu disana, ada dua hati merekah saling melirik satu sama lain. Mencoba mengutarakan maksudnya, menjelaskan keinginannya, menunjukan keikhlasannya.
Bagai mimpi, selalu muncul disini tanpa aku sadari. Tanpa permisi, berjalan mendekatiku.
Kata hati tak semua didengarkan dengan membuka pintunya dan mempersilahkan melangkah masuk sekedar melihat dan merasakan kenyamanannya.

Waktu berpacu, semua harap pun jadi. Timbul hasrat untuk memiliki.
Sejak semula indah terasa, aku memiliki seribu rencana untuk dapat melayang bebas besama kamu. Kini tersisa bekal semata, rasa untuk kembali.

Setiap jalan tikung itu, melukiskan kisah itu. Rindu yang kian terbendung lama, akan mencapai batasnya. Terbuai indah kenangan baru, sesal jadi pengadu. Segalanya telah berlalu.

Begitu sulit untukku melihat kamu berjalan bersama waktu yang menyudutkanku.
Rasa ini begitu menjadi bebanku saat aku mencoba mengerti akan hadirmu disana.

Bersama denganmu, telah lewat untukku.

"penyesalan yang dibenarkan"

Duduk tanpa berfikir, di teras belakang rumah dengan segelas teh hangat ditangan menikmati sejuknya udara sore hari. Langit terlihat kemerahan, dengan awan putih yang berlomba seakan berada di pacuan kuda. Bulan mulai menyingsing dengan warna pucat, seperti sabit yang mencari batang-batang rumput yang akan ditebasnya dan bergerak perlahan menaiki singgasana diantara bintang.

Membayangkan apa yang telah terjadi padaku dihari-hari kemarin. Sangat sulit untuk jujur kepada kamu, melihat keadaan yang memang tidak berpihak padaku. Keputusan yang aku ambil bukan yang aku inginkan.
Cuaca hari ini cerah, angin berhembus pelan mengusap tubuhku yang sedang terduduk. Suara televisi menggema dari dalam rumah, dan teriakan anak-anak kecil yang tengah bercanda tawa di depannya.

Terdengar suara mama memanggilku dari arah dapur, aku kurang begitu jelas dengan panggilannya dan aku bergegas berdiri dari tempat dudukku berjalan menuju dapur.
"Ada apa, mah?" bersandar di pintu dapur masih memegang segelas teh hangat.
Mama melirikku dengan tangan yang masih sibuk memegang pisau dan sayuran.
"Kamu ada janji nanti malam?"
"Ga ada, mah. Kenapa?"
"Bener ga ada?" mama bertanya sambil tersenyum.
Aneh, ga biasanya mama melontarkan penegasan.
"Iyah ga ada. Memangnya ada apa, mah?" act mimik berfikir seakan-akan ada janji yang aku lupa malam ini.
"Begini.., mama sama papa mau pergi ke rumah Tante Elen. Kamu mau ikut apa ga?"
"Oh.., kirain ada apa. Ga tahu mau ikut apa ga, lagian aku juga sedang malas untuk keluar rumah. Ga wajib ikut kan, mah?"
"Ya sudah, nanti kalau kamu berubah fikiran bilang sama mama."
"Oke, mah. Aku ke belakang dulu." Aku berbalik badan dan melangkah menuju ke tempat dudukku semula.

zzzzztt...masih belum bisa melupakan semuanya. Butuh berapa lama untuk ini?
Aku belum tahu keputusan yang aku buat benar atau tidak.
Secara obyektif aku pikir keputusanku benar, sedangkan dari sudut pandangku semua keputusan yang aku ambil adalah suatu pemaksaan buatku. Aku dipaksa lupa, aku dipaksa untuk tidak memikirkan kamu, aku dipaksa untuk pasrah pada keadaan, aku dipaksa untuk melepas kamu, dan aku belum bisa untuk semua itu.

Duduk disini hanya berkutat pada keputusan yang sudah aku ambil. Ingin rasanya untuk tidak memutuskan ini !!
Mungkin ini yang disebut 'penyesalan yang dibenarkan'. Benar untuk disesali, dan sesal untuk dibenarkan.

Teh belum juga menyentuh bibirku, hanya aku pegang dan kubiarkan dia dihembus angin sore. Masih terduduk sendiri dikursi teras belakang rumah.
Aku harus bagaimana, mau ceburin diri ke laut tapi lautnya jauh dari rumahku. Mau makan cabe yang banyak, tapi pedes. Bunuh diri, dosa. Mau cerita, hasilnya sama saja. 
"Mah?"
"Iyaa, kenapa?"
"Aku ikut ke rumah Tante Ellen."
"Naahh,,gitu dong." Jawab mama dengan nada menggelitik.

"girang ketemu kamu di malioboro"

Banyak diantara yang sudah dan hanya sekedar lewat minum teh.
Mampir sejenak melepas dahaga mereka.
Lainkah kamu untukku saat ini?
Ataukah kamu hanya sekedar menyapaku di kala aku ada, menyempatkan waktu kamu dan menyisakan cerita untukku sendiri?

Pertama kali melihatmu, memang aku merasa sesuatu yang 'bbeddhhaaaa..'
Kurang mengerti apa arti dari itu semua.
Apakah kesenangan sesaat?
Demamku sehari?

Kaki terasa pegal. Pinggulku pun terasa mau copot. Jauh sudah berjalan melewati lorong-lorong Malioboro. Masuk toko kanan kiri dengan tema "melihat-lihat". Tawar-menawar depan belakang dengan tema "wawancara". Melepas penat dengan berdebat dengan orang yang tidak dikenal.
Langkah demi langkah, melangkah dengan angkuhnya. Menggoda Semua perempuan yang kami anggap menarik. Aku dan seorang temanku menyempatkan waktu ditengah jadwal yang padat. Pasalnya kami berangkat jam setengah 8 malam dan jam sembilan kami sudah dihadapkan dengan agenda selanjutnya.
Sesaat ingin menuju tempat parkir aku lupa dimana memarkir motornya!!!
"Udah, sekarang muter lagi aja. Lagian malioboro belum mau tutupkan?"
"Lah, kita pulangnya piye?" Aku menjawab dengan ekspresi heran.
"Tenang, aku ingat dimana kita parkir motornya."
"Dimana emang?"
"Disana." Dia menjawab sambil menunjuk arah belakang kami. Jauh,,,

Akhirnya kami berjalan kembali ke belakang dan langsung menuju tempat motor kami parkir. Belum jauh kami melangkah dia mengajakku masuk ke dalam sebuah toko. yah,,,liat-liat dwank...!?
Kami keluar, baru beberapa langkah aku mengajaknya kembali masuk toko klasik. Aku menganggap toko itu adalah sebuah museum. Semua yang dipajang adalah barang-barang tua yang masih terawat dengan baik. Mahal-mahal pula !? ahahahaha,,,

Kembali berjalan dan cukup jauh juga kami berjalan akhirnya sampai ditempat motor kami nongkrong. Menyusuri jalan Malioboro dengan rasa puas melihat-lihat dan puas menawar barang-barang, serta puas ngecengin para kaum perempuan. Temenku sih,,,aku sih ga ngecengin. Ikut nimbrung ga jelas dwank,,,hehe.

Terlihat ramai jalan kami saat meninggalkan Malioboro. Maceeetttt,,,!!!!!!!!!
Aku mengendarai motor dengan pelan, dan tiba-tiba ada suara memanggil temanku dengan suara keras nan cempreng, suara perempuan memang. Tapi aku belum tahu siapa.
"Siapa yang manggil?" Aku bertanya kepada temanku.
"Tar juga tahu."
"Siapa emangnya?"
Tiba-tiba sebuah motor berada disamping motor yang kami kendarai, terdengar kata "Sombooonnggg!!" mengarah kepadaku. Ni cew siapa sih, rese betul. Aku menengok dan,,,
"Eh,,,,kamu? Dari mana?"
Ahahahaha,,,koq malah aku yang kegirangan!!!
Bodoh!!!

"personal view"

Itu aku. Bukan Orang lain. Semua yang aku rasakan adalah apa yang aku rasakan. Semua yang aku lihat adalah apa yang aku dapat lihat. Semua yang aku pikirkan adalah apa yang semua dapat aku anggap.
Pandangan yang ada memberikan suatu persepsi buatku. Persepsi di dalam alam fikirku. Bukan maksud untuk mengabaikan semua yang ada di sekitarku dan acuh terhadap pandangan kalian. Aku sering berbeda dengan apa yang kalian maksudkan. Meskipun aku, kamu dan kalian sering bersama dan saling berbagi suka duka. Ini adalah masalah hati. Aku sangat terganggu saat hati collapse. Semua hal sudah tidak dapat aku lihat. Saat itu tiba, hanya saran logislah yang dapat membuatku dapat menerima masukan.

Semua perilaku, tindakan, sikap, senyum, dan semua yang ada, sekecil apa pun itu mengandung maksud.
Maksud yang memang sengaja disembunyikan. Maksud yang sengaja disampaikan. Ataupun maksud yang mengandung maksud tertentu di dalam apa yang dimaksudkan.
Aku sering merasa apa yang dimaksudkan seseorang kepadaku adalah rancu.
Saat pertama, aku menganggap maksudnya adalah sama dengan maksud yang coba aku cerna. Namun, pada saat yang berbeda aku menganggap maksudnya adalah berbeda.
Aku percaya dengan diriku. Aku memang terlalu sensitif untuk masalah IB (Ikatan Batin). Meski aku belum mengenalmu terlalu lama, hatiku dapat terikat meski kamu belum tahu.

Hal itu membuatku sering merasa ragu dengan keputusan yang akan aku ambil. Membuatku berfikir dua, tiga dan empat kali. Kesan yang keluar dan mereka dapat adalah aku seorang yang kurang akan ketegasan. Sering kulontarkan kata pembelaan dalam kalut. Semua terlihat berantakan.

Kamu berkomentar kepadaku bahwa aku kebanyakan bercandanya, jadi maksud yang ingin aku sampaikan terkesan hanya main-main dan tidak serius. Bukan maksudku untuk itu. Bercandaku mungkin berlebihan. Terkesan tidak serius. Itu semua adalah karna aku mempunyai kekurangan. Aku tidak dapat memulai semua sesuai dengan apa yang aku inginkan. Kadang hanya terdiam tanpa berbicara sepatah kata pun. Akan mudah buat kamu melihatku. Aku pikir itu tidak sesulit bermain kartu. Justru aku sulit untuk dapat melihat maksud kamu. Wajah kamu memiliki pesan, sikap kamu memiliki pesan, senyum kamu memiliki pesan. Seakan itu semua hanya untukku. Mataku pun tidak buta untuk melihat semuanya. Di kepalaku beranggapan bahwa kamu sesuai dengan apa yang telah aku lihat. Di hatiku berkata lain, sering muncul anggapan yang berkebalikan.

Melihat lingkungan kamu, dan aku kembali melihat lingkunganku. Terlihat jawaban apa yang dipertanyakan. Saat aku dapat satu kalimat jawaban, hatiku masih belum percaya dengan jawaban yang ada. Bahkan, jawaban yang ada adalah jawaban logis dan obyektif. Masih belum bisa menerima.
Nampaknya hatiku masih memproses bagaimana peluang yang bisa aku dapatkan. Lelah sudah berulang kali menahan perasaan dan mencoba menyesuaikan dengan kamu (para perempuan) untuk mendapat peluang yang lebih besar. Sepertinya aku sudah tidak ingin memaksakan diriku lagi. Karna kamu yang sekarang adalah perempuan yang memang menginginkan apa yang kamu inginkan. Dan bukan status yang aku kejar, karena aku akan tetap menyayangi kamu dengan caraku.

"lebih mudah aku menjalani hidupku karena kamu"

Potongan sebuah baju ditumpuk menjadi satu dalam wadah. Terikat dan terbatasi ruang gerak serta udara sekedar untuk bernafas. Layaknya manusia, begitu terkekang mereka akan tuntutan kebiasaan dan tingkah polahnya. Seorang mahasiswa makan tidak merasa enak, minum tidak merasa segar, tidur tidak merasa lelap, membaca buku tidak ganti halaman. Mengapa? Katanya: karena jatuh CINTA. Itu kesalahan besar, yang seperti itu bukan jatuh cinta, melainkan jatuh betulan, kebawah, berat !
Pengungkapan perasaan dengan kurang tepat, ku pikir.

Hidup itu indah. Banyak yang dapat terjadi tanpa kita ketahui dan kita rencanakan.
Ketidakmungkinan yang ada di depanku mulai menunjukkan kepastiannya, kepastian bahwa aku salah! Semua bisa terjadi. Karena aku bukan kamu, aku bukan kalian, dan aku bukan mereka. Kamu, kalian, dan mereka adalah berbeda. Berbeda dalam semuanya.
Keputusan akan ketidakmungkinan tidak dapat menjadi suatu kepastian bahwa itu memang tidak mungkin.

Terjadi padaku akan adanya ketidakmungkinan yang aku rasakan. Semua hal tidak dapat aku perkirakan. Benar memang, aku merencanakan, aku merasakan, aku menginginkan. Namun, sempat berfikir bahwa itu tidak akan terjadi.

Semua membutuhkan kesesuaian, aku tidak begitu tahu dan mengerti apa yang kamu inginkan. Ternyata terjadi, bahwa alam, aura, dan hati bermain dalam satu. Tidak dapat aku menyangka, aku belum bisa percaya kamu selaras dengan apa yang ada padaku.

Begitu aku percaya akan perasaanku. Semakin memantapkan jalan ke depan yang akan aku tempuh bersamamu. Aku percaya kamu, aku yakin akan kamu, dan aku berterimakasih kepada-Nya yang telah memberikan jalan ku.
Mengerti akan aku, dan mengerti akan kamu. Benar merubah hidup. Lebih mudah aku menjalani hidupku karena kamu.

Semua keterbatasan ruang gerak bukan berarti kita tidak dapat untuk keluar mencari ruang yang lebih leluasa. Bukan tangan dan kaki, bukan tubuh, bukan dinding yang membatasi. Luaskan pandangan kita, sadarkan hati kita bahwa kita bebas dan kita memang bisa untuk berusaha. Tidak ada kata pembatasan dalam hidup!!

"kepiting panggang"

Jalan-jalan asing mulai terlihat biasa. Menyusur tapakan saat tanah bertahan menopang beratnya kendaraan yang berlalu lalang silih berganti di atasnya. Dingin udara dan bisingnya suara mulai menghadirkan bayangan untuk mengajakku kembali melintas padanya sekedar untuk bertemu dan melihat senyummu. Ya! Aku berusaha untuk selalu disampingmu. Sebisa mungkin meluangkan waktuku.

Dari semua yang sudah kamu tunjukan padaku memberikan makna tersendiri buatku. Mengandung pesan bahwa kamu belum sepenuhnya dapat menerima kehadiranku dalam hidupmu. Terlalu cepat untuk mengartikan atas arti hubungan ini.

Aku terkejut dengan pernyataan sikap yang kamu berikan. Tidak sedikit pun pernah terbayang bahkan membayangkan akan menjadi seperti ini. Sedekat ini. Sehangat ini.
Sempat mataku terbutakan dengan besarnya kebahagiaan yang aku rasakan. Aku selalu tersadar dan segera kembali melihat dan memaknai apa yang telah terjadi, saat aku hanya sendiri. Apa aku, mengapa aku, kapan aku, dimana aku, siapa aku.

Sudah beberapa waktu aku luangkan hanya untuk mengenalmu. Hanya sedikit dalam kesempatan sekali waktu kamu berikan padaku setitik petunjuk akan dirimu. Terlalu banyak skenario yang aku ikuti. Tidak ada cukup kesempatan yang kamu berikan padaku untuk membuka diri. Sedikit mencuri perhatianmu hanya saat aku menjadi sandaranmu. Satu-satunya kesempatan yang aku dapatkan untuk mengenalmu lebih dalam. Pribadi, sensitivitas, dan emosimu.

Pembatasan sikap dan perhatianmu masih dapat aku rasakan sampai sekarang. Meskipun begitu, aku merasa. Merasa ada perbedaan, perbedaan atas batasan, semakin menunjukkan beberapa indikasi positif untuk lebih terbuka. Belum ada kesimpulan yang dapat aku ambil atas apa yang aku lihat, apa yang aku dengar. Karna untuk kesimpulan yang akan aku ambil bukan semata-mata untuk menjalankan, melainkan untuk kehidupan. Menyayangi perempuan yang memang aku sayang, mencintai perempuan yang memang aku butuhkan. Semua yang kamu tunjukan belum cukup, belum cukup menjadi bahan pertimbangan untukku memutuskan apa yang sebenarnya kamu maksudkan.

Proses yang telah aku alami menumbuhkan perasaan bimbang. Bimbang yang memang harus aku lalui dalam proses ini. Logika berfikirku mandeg. Obyektifitas yang muncul selalu timpang dalam sudut pandangku. Tidak munafik bahwa aku memang berharap padamu. Menjadi sahabat dalam hidupku.

Keterbukaan hanya sekedarnya saja. Indahnya senyuman hanya ekspresi saja. Perhatianmu hanya untuk menjaga.

Rasa nyaman adalah harga mati. "Ya", aku mendengar kamu berkata "nyaman". Dan "Ya", aku merasa itu belum sepenuhnya. Sekali lagi "Ya", aku dapat mengerti dimana kamu sekarang berdiri.
Pernah aku mencoba menjadi dirimu. Mencoba untuk berfikir seperti kamu. Merasakan apa yang kamu rasa. Dan aku akan bersikap seperti kamu pada akhirnya.

Dari awal posisiku ada di bawahmu. Semua akan terlihat mudah bagi kamu, melihat celah dan sesekali bermain ritme emosi. Aku adalah victim. Dalam artian semua kendali ada ditanganmu, untuk sekarang. Tidak ada jalan lain kecuali aku tetap berada di jalur ini. Tetap bertahan mempertahankan apa yang menurutku pantas untuk dipertahankan.

"strawberry field forever"

"looking up"

"kencing kucing"

Menggaris dan menggaris terus, pegel sangat. Ga ada henti pelanggan memasuki kios kumuh ku, berbondong-bondong bergantian ,, kalian ga pusing ngliatin banyak yang mondar-mandir? ga bosen nunggu antrian panjang? Kalo aku si ogah. Ada yang jauh-jauh di bela-belain ujan-ujannan cuma buat di "garis".
mmm ,,, Sesekali aku juga pengen rasanya di "garis" sama orang laen.., bukan terus-terusan "garis" punya orang !!

Apa yang mereka dapet yah? Kalo buatku si nguntungin orang aku dapet vee. Tapi kadang jengkel juga liat tu para manusia ga pernah puas sama yang mereka punya. Kaki dah mulus n bagus di corat-coret, punggung bersih malah dikotorin, dada berbulu dikerok trus di gambarin. begimane cuba?

Mari-kemarilah terus beramai datang ke kios ku, kuberi apa yang kalian mau dan kalian beri yang aku butuhkan. So equitable, right?

Lebih baek aku atur jadwal aja kayaknya, gantian ma temenku. Biar aku ada waktu sekedar menghilangkan dahaga dan makan sesuap untuk mengganjal perutku.

Satu hal yang selalu aku ingetin ma mereka kalo "garis" akan tetap ada ditempat dimana kamu menggaris adalah sisa garis itu sendiri tidak akan hilang, saat kalian dah ga berhasrat sisa "garis" akan tetap ada meski kamu berusaha menghilangkannya. Berpikirlah sebelum kamu menentukan "garis" yang kalian inginkan.

"Pen,," seseorang memanggilku.
"Oiy,,elu Sil, da paan?" aku menjawab sambil merapikan barang-barang karena waktu dah menunjukkan isyarat "segera tutup kios !".
"Cabut nyok!"
"Cabut? mang paku ! Mau kemane??"
"Kemana aja, serah Lu !"
"Lah? Begimane seh, Lu nyang ngajak gue nyang repot!! Kenape Lu, tumben."
"Tau lah, Pen. Lagi pengen kluar aja tapi kaga tau mu kemane."
"woalaah,,,ikut gue aja kalo gitu."
"Kemane tuh?"
"Boker !! uahahaha,,,!?"
"Berak Lu ! Serius neh gue !!"
"Iye ,,, bentar ! Bantuin kek beresin ni barang-barang biar cepet !"
"Jiaah,,,malah tambah ribet dah gue ah !!"

Setelah beres kita jadinya cabut ke tempat temen buat ngasihin pesenan, bis itu makan dah, ngerokok dah, minum dah, kenyang dah, balik dah, molor dah ujung-ujungnye.
Huaammm,,,

Brengsek !! Hape gue ketinggalan di kios !! Mana da janji mu telpon nyokap !! Ah,,,tau lah !

Balik ke kios kaga ya?

Nah loh bingung ndiri !!

Nongkrong aja lah, besok gue mu molor, kios tutup dulu !! Beres,kan?!