"kepiting panggang"

Sabtu, 20 Februari 2010
Jalan-jalan asing mulai terlihat biasa. Menyusur tapakan saat tanah bertahan menopang beratnya kendaraan yang berlalu lalang silih berganti di atasnya. Dingin udara dan bisingnya suara mulai menghadirkan bayangan untuk mengajakku kembali melintas padanya sekedar untuk bertemu dan melihat senyummu. Ya! Aku berusaha untuk selalu disampingmu. Sebisa mungkin meluangkan waktuku.

Dari semua yang sudah kamu tunjukan padaku memberikan makna tersendiri buatku. Mengandung pesan bahwa kamu belum sepenuhnya dapat menerima kehadiranku dalam hidupmu. Terlalu cepat untuk mengartikan atas arti hubungan ini.

Aku terkejut dengan pernyataan sikap yang kamu berikan. Tidak sedikit pun pernah terbayang bahkan membayangkan akan menjadi seperti ini. Sedekat ini. Sehangat ini.
Sempat mataku terbutakan dengan besarnya kebahagiaan yang aku rasakan. Aku selalu tersadar dan segera kembali melihat dan memaknai apa yang telah terjadi, saat aku hanya sendiri. Apa aku, mengapa aku, kapan aku, dimana aku, siapa aku.

Sudah beberapa waktu aku luangkan hanya untuk mengenalmu. Hanya sedikit dalam kesempatan sekali waktu kamu berikan padaku setitik petunjuk akan dirimu. Terlalu banyak skenario yang aku ikuti. Tidak ada cukup kesempatan yang kamu berikan padaku untuk membuka diri. Sedikit mencuri perhatianmu hanya saat aku menjadi sandaranmu. Satu-satunya kesempatan yang aku dapatkan untuk mengenalmu lebih dalam. Pribadi, sensitivitas, dan emosimu.

Pembatasan sikap dan perhatianmu masih dapat aku rasakan sampai sekarang. Meskipun begitu, aku merasa. Merasa ada perbedaan, perbedaan atas batasan, semakin menunjukkan beberapa indikasi positif untuk lebih terbuka. Belum ada kesimpulan yang dapat aku ambil atas apa yang aku lihat, apa yang aku dengar. Karna untuk kesimpulan yang akan aku ambil bukan semata-mata untuk menjalankan, melainkan untuk kehidupan. Menyayangi perempuan yang memang aku sayang, mencintai perempuan yang memang aku butuhkan. Semua yang kamu tunjukan belum cukup, belum cukup menjadi bahan pertimbangan untukku memutuskan apa yang sebenarnya kamu maksudkan.

Proses yang telah aku alami menumbuhkan perasaan bimbang. Bimbang yang memang harus aku lalui dalam proses ini. Logika berfikirku mandeg. Obyektifitas yang muncul selalu timpang dalam sudut pandangku. Tidak munafik bahwa aku memang berharap padamu. Menjadi sahabat dalam hidupku.

Keterbukaan hanya sekedarnya saja. Indahnya senyuman hanya ekspresi saja. Perhatianmu hanya untuk menjaga.

Rasa nyaman adalah harga mati. "Ya", aku mendengar kamu berkata "nyaman". Dan "Ya", aku merasa itu belum sepenuhnya. Sekali lagi "Ya", aku dapat mengerti dimana kamu sekarang berdiri.
Pernah aku mencoba menjadi dirimu. Mencoba untuk berfikir seperti kamu. Merasakan apa yang kamu rasa. Dan aku akan bersikap seperti kamu pada akhirnya.

Dari awal posisiku ada di bawahmu. Semua akan terlihat mudah bagi kamu, melihat celah dan sesekali bermain ritme emosi. Aku adalah victim. Dalam artian semua kendali ada ditanganmu, untuk sekarang. Tidak ada jalan lain kecuali aku tetap berada di jalur ini. Tetap bertahan mempertahankan apa yang menurutku pantas untuk dipertahankan.

0 komentar:

Posting Komentar