"pagi dalam kantong"

Sabtu, 20 Februari 2010
Mata terasa berat, masih ditemani secangkir kopi yang masih hangat.
Sedikit bermain dengan distorsi mengesampingkan kesepian di belakang sana.
Gimme Gimm menyibukan telingaku setelah hening beberapa saat.

Huaaaaaa.....mmmm.
Tersadar karna ternyata aku sedang tidak berada di kosku.

Bergerak perlahan mencari-cari apa yang bisa kunikmati untuk pagi ini.

Kembali menempati singgasana di depan komputer,
Mencoba untuk memberikan balasan pesan-pesan elektronik yang masuk.
Lepas dari itu aku kembali menghidupkan ponsel dan kembali berdering tanda pesan singkat masuk.
Ada 5 pesan singkat masuk, dua diantaranya pesan yang aku anggap tidak penting dan aku rasa tidak perlulah aku membalasnya.

Pesan lainnya adalah dari Tante Diana yang memberikan kabar bahwa dia hari ini ingin ke Jogja.
Tante Diana sangat dekat denganku sedari kecil, umur kami tidak beda terlalu jauh. Aku sering jalan dengannya, serasa dengan pacar sendiri. Dia sangat tahu aku, sangat ngerti aku dan aku nyaman dengannya.
Pesan selanjutnya dari sahabat lamaku, dia menanyakan kabarku.
Pesan terakhir adalah dari seorang perempuan yang tanpa sepengetahuannya telah meninggalkan luka buatku.

Aku berjalan ke warung depan berniat membeli rokok dan makanan kecil.
Dadaku kembali berdesir..,tiba-tiba saja aku menjadi canggung dan tak karuan.

"Permisi, mas.." seorang perempuan bertanya kepadaku, cantik, senyum ramahnya meninggalkan aroma bir dingin di pagi itu.
Nikmat,..
"Yah, ada yang bisa saya bantu..??" Aku menjawab dengan sedikit ragu.
Perempuan itu kembali melontarkan senyum indahnya...,manis.
"Mas tahu alamat ini?" Sambil melihatkan kepadaku alamatnya.
Yah..,alamat yang dia tuju adalah alamat kontrakan temenku dimana aku terlelap malam ini.
"Rumah yang kamu tuju ada di depan kamu." Aku memberikan jawaban sambil menunjuk ke arah rumah temanku.
"Oh, rumah ini yah?"
suaranya renyah...,sangat menyejukkan.
"Iyah." Penegasan kulontarkan.
Langsung dia menuju rumah itu dan..,tepat. Dia langsung masuk seakan-akan sudah mengenal rumah itu.
Aku bingung, perempuan ini maling bukan yah??!!
Bergegas aku menyusul perempuan itu, dan ternyata dia termenung di ruang tengah.
"Mungkin masih tidur, biar coba saya bangunkan. Tunggu sebentar."
Perempuan itu mengangguk dan kembali dia melempar senyum manisnya kepadaku.
Kembali aku ke ruang tengah, "Masih tertidur pulas,.."
Kami bercakap-cakap hal-hal yang tidak terlalu penting.
Temanku terbangun dan langsung menghampiri kami di ruang tengah, dan aku kembali ke depan komputer melanjutkan kerjaanku.

Terdengar isak tangis sedih dari perempuan itu, tapi itu tidak kuhiraukan. Masih sibuk sendiri dengan Logika Design.hahaha...
Beginilah kalau aku sedang tidak ingin diganggu.
Sesaat Ponsel akan aku matikan, bedering ada telfon masuk. Perempuan itu lagi, aku bingung. Angkat atau tidak..
Akhirnya aku mengangkat telfon darinya,
"Hai.."
"Hai.."
"Gimana kabarmu?"
"Baek, ada apa?"
"Cuma ingin menanyakan kabar kamu."
"Aku sekarang di Jogja." Aku kaget mendengarnya,
"Aku pengen ketemu, alamat kamu mana, aku jemput yah?"
Ah..,aku bingung! Gimana neh!
Kembali aku dengan gaya tenang, "Untuk apa?"
"Aku pengen ketemu sama kamu."
Rasa sakit yang lama ingin aku hilangkan kembali seperti tertabrak badak,sakit!!
Setelah ada perdebatan kecil akhirnya aku memutuskan untuk menemuinya, aku memberi tahu alamatku.
Kebetulan aku ingin keluar membeli buku pesanan kakakku, buku kreatif memasak makanan.

Diperjalanan aku hanya termenung dan selalu terbayang kenangan-kenangan menyakitkan dengannya.
"Kamu kenapa, kamu terlihat murung?" Aku terdiam.
"Aku mau minta maaf sama kamu dulu pernah membuat kamu kecewa." Aku hanya tersenyum mendengarnya.
Aku takut akan kembali luluh dengannya, terlalu banyak yang ada dalam dirinya yang membuatku kagum.
"Kamu sudah punya pacar?"
"Belum."
"Belum 5?"
Aku tersenyum mendengarnya.
"Aku kenal kamu, aku tahu kamu." Deg,jantungku serasa berhenti.
"Masih sering bingung memilih, kamu terlalu terpaku pada apa yang kamu anggap itu baek. Belum tentu juga itu baek untuk orang lain."
AH, aku ga bisa ngomong apa-apa.
"Begitu yah?" Aku menjawab sekenanya.

Dia bercerita tentang hubungannya dengan pacarnya.
Dia anggap biasa-biasa saja, tapi itu membuatku sesak.

"Masih sibuk dengan yang dulu?"
"Iyah."
"Kenapa kamu tidak menetap di Jakarta aja?"
"Malas."
"Masih seperti dulu."
"Maksud kamu?" Dia hanya tersenyum.

0 komentar:

Posting Komentar