"personal view"

Sabtu, 20 Februari 2010
Itu aku. Bukan Orang lain. Semua yang aku rasakan adalah apa yang aku rasakan. Semua yang aku lihat adalah apa yang aku dapat lihat. Semua yang aku pikirkan adalah apa yang semua dapat aku anggap.
Pandangan yang ada memberikan suatu persepsi buatku. Persepsi di dalam alam fikirku. Bukan maksud untuk mengabaikan semua yang ada di sekitarku dan acuh terhadap pandangan kalian. Aku sering berbeda dengan apa yang kalian maksudkan. Meskipun aku, kamu dan kalian sering bersama dan saling berbagi suka duka. Ini adalah masalah hati. Aku sangat terganggu saat hati collapse. Semua hal sudah tidak dapat aku lihat. Saat itu tiba, hanya saran logislah yang dapat membuatku dapat menerima masukan.

Semua perilaku, tindakan, sikap, senyum, dan semua yang ada, sekecil apa pun itu mengandung maksud.
Maksud yang memang sengaja disembunyikan. Maksud yang sengaja disampaikan. Ataupun maksud yang mengandung maksud tertentu di dalam apa yang dimaksudkan.
Aku sering merasa apa yang dimaksudkan seseorang kepadaku adalah rancu.
Saat pertama, aku menganggap maksudnya adalah sama dengan maksud yang coba aku cerna. Namun, pada saat yang berbeda aku menganggap maksudnya adalah berbeda.
Aku percaya dengan diriku. Aku memang terlalu sensitif untuk masalah IB (Ikatan Batin). Meski aku belum mengenalmu terlalu lama, hatiku dapat terikat meski kamu belum tahu.

Hal itu membuatku sering merasa ragu dengan keputusan yang akan aku ambil. Membuatku berfikir dua, tiga dan empat kali. Kesan yang keluar dan mereka dapat adalah aku seorang yang kurang akan ketegasan. Sering kulontarkan kata pembelaan dalam kalut. Semua terlihat berantakan.

Kamu berkomentar kepadaku bahwa aku kebanyakan bercandanya, jadi maksud yang ingin aku sampaikan terkesan hanya main-main dan tidak serius. Bukan maksudku untuk itu. Bercandaku mungkin berlebihan. Terkesan tidak serius. Itu semua adalah karna aku mempunyai kekurangan. Aku tidak dapat memulai semua sesuai dengan apa yang aku inginkan. Kadang hanya terdiam tanpa berbicara sepatah kata pun. Akan mudah buat kamu melihatku. Aku pikir itu tidak sesulit bermain kartu. Justru aku sulit untuk dapat melihat maksud kamu. Wajah kamu memiliki pesan, sikap kamu memiliki pesan, senyum kamu memiliki pesan. Seakan itu semua hanya untukku. Mataku pun tidak buta untuk melihat semuanya. Di kepalaku beranggapan bahwa kamu sesuai dengan apa yang telah aku lihat. Di hatiku berkata lain, sering muncul anggapan yang berkebalikan.

Melihat lingkungan kamu, dan aku kembali melihat lingkunganku. Terlihat jawaban apa yang dipertanyakan. Saat aku dapat satu kalimat jawaban, hatiku masih belum percaya dengan jawaban yang ada. Bahkan, jawaban yang ada adalah jawaban logis dan obyektif. Masih belum bisa menerima.
Nampaknya hatiku masih memproses bagaimana peluang yang bisa aku dapatkan. Lelah sudah berulang kali menahan perasaan dan mencoba menyesuaikan dengan kamu (para perempuan) untuk mendapat peluang yang lebih besar. Sepertinya aku sudah tidak ingin memaksakan diriku lagi. Karna kamu yang sekarang adalah perempuan yang memang menginginkan apa yang kamu inginkan. Dan bukan status yang aku kejar, karena aku akan tetap menyayangi kamu dengan caraku.

0 komentar:

Posting Komentar